Our social:

Selasa, 07 Juli 2015

TUJUAN DAN KARAKTERISTIK KONSELING

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Konseling
Berdasarkan pendapat Gibson, Mitchell dan Basile dapat disimpulkan ada sembilan tujuan dari konseling perorangan :
1.      tujuan perkembangan yakni klien dibantu dalam peoses pertumbuhan dan perkembangannya dan mengatasi hal-hal yang akan terjadi dalam proses tersebut.
2.      tujuan pencegahan yakni membantu klien menghidari hal-hal yang tidak di inginkan.
3.      tujuan peningkatan yakni membantu klien untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan yang di miliki oleh klien.
4.      tujuan perbaikan yakni membantu klien untuk mengatasi dan atau menghilangkan perkembangan yang tidak di inginkan.
5.      tujuan penyelidikan yakni menguji kelayakan tujuan untuk memeriksa pilihan-pilihan, pengetesan ketrampilan, dan mencoba aktifitas barudan berbeda dan sebagainya.
6.      tujuan penguatan yakni mambantu klien untuk menyadari apa yang di lakukan, di fikirkan dan di rasakan sudah baik.
7.      tujuan kognitif yakni klien di harapkan mampu menghasilkan fondasi dasar pembelajaran dan keterampilan kognitif.
8.      tujuan filosofis yakni menghasilkan pemahaman dasar dan kebiasaan untuk hidup sehat.
9.      tujuan psikologis yakni membantu mengembangkan ketrampilan sosial yang baik, belajar mengontrol emosi, mengembangkan konsep diri positif dan sebagainya.



2.2 Karakteristik Konseling
Konseling adalah hubungan dalam suasana belajar mengajar
Hubungan antara konselor dan konseli (klien) adalah hubungan tatap muka yakni salah satunya dengan teknik Wawancara Konseling dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang di miliki oleh konseli (klien). Konseling bertujuan untuk mengenali diri sendiri, menerima diri secara realistis, dan mengembangkan tujuan, dapat memutuskan plihan, dan menyusun rencana yang lebih bjaksana sehingga individu dapat berkembang secara konstruktif dilingkungannnya. Konseling memberi bantuan kepada individu untuk mengembangkan pengetahuan, kesehatan mental, serta perubahan sikap dan prilaku.
A.                Konseling Sebagai Bantuan
     Tidak ada seorang manusia pun yang tidak membutuhkan bantuan dari orang lain. Menurut Lewis, alasan-alasan pokok seorang selalu membutuhkan konseling, yaitu :
1.  Seseorang mengalami semacam ketidakpuasan pribadi, dan tidak mampu mengatasi atau mengurangi ketidakpuasan tersebut.
2.  Seseorang memasuki dunia konseling dengan kecemasan, cemas memandang proses konseling itu sebenarnya seperti apa, bagaimana, dan macam-macam dugaan.
3.  Seseorang yang membutuhkan konseling itu sebenarnya tidak mempunyai gambaran yang jelas tentang sesuatu yang mungkin terjadi.
     Konseling sebagai sebuah proses pemberian bantuan kepada individu dilaksanakan melalui berbagai macam layanan. Tujuannya adalah tetap memberikan konseling dengan cara-cara yang lebih menarik, interaktif, dan tidak terbatas oleh tempat, tetapi juga tetap memperhatikan asas-asas dan kode etik dalam bimbingan dan konseling. Konseling mengandung makna proses antar pribadi yang berlangsung melalui saluran komunikasi verbal dan non-verbal.
     Konseling berbeda dengan bimbingan, namun memiliki tingkat kesesuaian yang tercakup dalam bimbingan konseling. Bimbingan adalah relasi yang bertujuan menolong individu dari ketidakpahaman dan ketidaktahuannya dalam menghadapi sebuah permasalahan. Sedangkan konseling bertujuan menyelesaikan permasalahan setuntas-tuntasnya, agar individu mendapatkan informasi dan orientasi dari langkah yang akan dilakukan dalam menghadapi permasalahannya baik itu masalah pribadi, sosial, pekerjaan, pendidikan, karier, dan masih banyak lagi lainnya. Kesamaannya terletak pada tujuan untuk semakin mengembangkan individu tersebut dalam setiap aspek-aspek kehidupannya.
     Pelayanan BK di sekolah lebih menekankan pada cinta kasih, dengan cinta kasih, seorang konselor lebih empati kepada kliennya. Relasi menjadi lebih baik, hangat, penuh penerimaan antara konselor dengan klien sehingga peserta didik mudah untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan sekolahnya. Memang, nilai BK tidak dicantumkan dalam rapor, tetapi hasil dari proses pelayanan BK di sekolah dapat dilihat pada perubahan diri seseorang, baik sikap, perilaku, pikiran, dan perasaannya yang menjadi lebih baik.

B.    Konseling Untuk Perubahan Tingkah Laku
     Seorang klien yang datang dengan kondisi psikologis tidak stabil, cenderung bersifat destruktif. Kondisi psikologis yang buruk menyebabkan cara berpikirnya pun irasional. Selanjutnya, manifestasi dari pikiran irasional menyebabkan tingkah laku yang irasional pula. Maka, di sinilah seorang konselor berperan mengubah tingkah laku irasional menjadi rasional kembali.
     Perubahan tingkah laku merupakan proses yang aktif dan bereaksi dalam semua situasi yang ada pada klien. Itu berarti bahwa proses perubahan tingkah laku diarahkan pada tujuan dan proses berbuat melalui situasi yang ada pada klien. Ada beberapa teori perubahan tingkah laku berdasarkan pada aliran psikologi yang melandasinya, seperti berikut ini :
1.    Teori Perubahan Tingkah Laku Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan dalam memahami perilaku individu. Behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam belajar. Teori perubahan tingkah laku behaviorisme ini merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan klien mempunyai pengalaman baru.
2.    Teori Perubahan Tingkah Laku Kognitif
Menurut Piaget, perubahan tingkah laku akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Konselor hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, serta mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
3.    Teori Perubahan Tingkah Laku Gestalt
Transfer dalam perubahan tingkah laku adalah pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer perubahan tingkah laku terjadi dengan jalan melepaskan pengertian objek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang tepat. Konselor hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
4.    Teori Perubahan Tingkah Laku Konstruktivisme
Manusia berhadapan dengan tantangan, pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif (mental). Untuk itulah manusia harus mengembangkan skema pikiran yang lebih umum atau rinci. Proses perkembangan tersebut meliputi beberapa hal berikut :
a.    Skema, yakni struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami perkembangan mental dalam berinteraksi dengan lingkungan. Skema juga berfungsi sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasi rangsangan yang akan datang dan terus berkembang.
b.    Asimilasi, yakni proses kognitif dalam bentuk perubahan skema yang tetap mempertahankan konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
c.    Akomodasi, yaitu proses pembentukan skema, atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.

d.   Equilibrium, yaitu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skema). Proses perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium melalui asimilasi dan akomodasi.

0 komentar :

Posting Komentar