TUJUAN DAN KARAKTERISTIK KONSELING
PEMBAHASAN
2.1
Tujuan
Konseling
Berdasarkan
pendapat Gibson, Mitchell dan Basile dapat disimpulkan ada sembilan tujuan dari
konseling perorangan :
1.
tujuan perkembangan
yakni klien dibantu
dalam peoses pertumbuhan dan perkembangannya dan mengatasi hal-hal yang akan
terjadi dalam proses tersebut.
2. tujuan
pencegahan yakni membantu klien menghidari hal-hal yang tidak di inginkan.
3. tujuan
peningkatan yakni membantu klien untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan
yang di miliki oleh klien.
4. tujuan
perbaikan yakni membantu klien untuk mengatasi dan atau menghilangkan
perkembangan yang tidak di inginkan.
5. tujuan
penyelidikan yakni menguji kelayakan tujuan untuk memeriksa pilihan-pilihan,
pengetesan ketrampilan, dan mencoba aktifitas barudan berbeda dan sebagainya.
6. tujuan
penguatan yakni mambantu klien untuk menyadari apa yang di lakukan, di fikirkan
dan di rasakan sudah baik.
7. tujuan
kognitif yakni klien di harapkan mampu menghasilkan fondasi dasar pembelajaran
dan keterampilan kognitif.
8. tujuan
filosofis yakni menghasilkan pemahaman dasar dan kebiasaan untuk hidup sehat.
9.
tujuan psikologis yakni
membantu mengembangkan ketrampilan sosial yang baik, belajar mengontrol emosi,
mengembangkan konsep diri positif dan sebagainya.
2.2
Karakteristik Konseling
Konseling adalah
hubungan dalam suasana belajar mengajar
Hubungan antara konselor dan
konseli (klien) adalah hubungan tatap muka yakni salah satunya dengan teknik Wawancara Konseling dilaksanakan
untuk mengatasi masalah yang di miliki oleh konseli (klien). Konseling bertujuan
untuk mengenali diri sendiri, menerima diri secara realistis, dan mengembangkan
tujuan, dapat memutuskan plihan, dan menyusun rencana yang lebih bjaksana
sehingga individu dapat berkembang secara konstruktif dilingkungannnya. Konseling memberi
bantuan kepada individu untuk mengembangkan pengetahuan, kesehatan mental,
serta perubahan sikap dan prilaku.
A.
Konseling Sebagai Bantuan
Tidak ada
seorang manusia pun yang tidak membutuhkan bantuan dari orang lain. Menurut
Lewis, alasan-alasan pokok seorang selalu membutuhkan konseling, yaitu :
1. Seseorang mengalami semacam
ketidakpuasan pribadi, dan tidak mampu mengatasi atau mengurangi ketidakpuasan
tersebut.
2. Seseorang memasuki
dunia konseling dengan kecemasan, cemas memandang proses konseling itu
sebenarnya seperti apa, bagaimana, dan macam-macam dugaan.
3. Seseorang yang
membutuhkan konseling itu sebenarnya tidak mempunyai gambaran yang jelas
tentang sesuatu yang mungkin terjadi.
Konseling sebagai sebuah proses pemberian bantuan kepada individu dilaksanakan
melalui berbagai macam layanan. Tujuannya adalah tetap memberikan konseling
dengan cara-cara yang lebih menarik, interaktif, dan tidak terbatas oleh
tempat, tetapi juga tetap memperhatikan asas-asas dan kode etik dalam bimbingan
dan konseling. Konseling mengandung makna proses antar pribadi yang berlangsung
melalui saluran komunikasi verbal dan non-verbal.
Konseling
berbeda dengan bimbingan, namun memiliki tingkat kesesuaian yang tercakup dalam
bimbingan konseling. Bimbingan adalah relasi yang bertujuan menolong individu
dari ketidakpahaman dan ketidaktahuannya dalam menghadapi sebuah permasalahan.
Sedangkan konseling bertujuan menyelesaikan permasalahan setuntas-tuntasnya,
agar individu mendapatkan informasi dan orientasi dari langkah yang akan
dilakukan dalam menghadapi permasalahannya baik itu masalah pribadi, sosial,
pekerjaan, pendidikan, karier, dan masih banyak lagi lainnya. Kesamaannya
terletak pada tujuan untuk semakin mengembangkan individu tersebut dalam setiap
aspek-aspek kehidupannya.
Pelayanan
BK di sekolah lebih menekankan pada cinta kasih, dengan cinta kasih, seorang
konselor lebih empati kepada kliennya. Relasi menjadi lebih baik, hangat, penuh
penerimaan antara konselor dengan klien sehingga peserta didik mudah untuk
memahami dirinya sendiri dan lingkungan sekolahnya. Memang, nilai BK tidak
dicantumkan dalam rapor, tetapi hasil dari proses pelayanan BK di sekolah dapat
dilihat pada perubahan diri seseorang, baik sikap, perilaku, pikiran, dan
perasaannya yang menjadi lebih baik.
B. Konseling
Untuk Perubahan Tingkah Laku
Seorang
klien yang datang dengan kondisi psikologis tidak stabil, cenderung bersifat
destruktif. Kondisi psikologis yang buruk menyebabkan cara berpikirnya pun
irasional. Selanjutnya, manifestasi dari pikiran irasional menyebabkan tingkah
laku yang irasional pula. Maka, di sinilah seorang konselor berperan mengubah
tingkah laku irasional menjadi rasional kembali.
Perubahan
tingkah laku merupakan proses yang aktif dan bereaksi dalam semua situasi yang
ada pada klien. Itu berarti bahwa proses perubahan tingkah laku diarahkan pada
tujuan dan proses berbuat melalui situasi yang ada pada klien. Ada beberapa
teori perubahan tingkah laku berdasarkan pada aliran psikologi yang
melandasinya, seperti berikut ini :
1. Teori
Perubahan Tingkah Laku Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu
pendekatan dalam memahami perilaku individu. Behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam belajar. Teori perubahan
tingkah laku behaviorisme ini merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan
klien mempunyai pengalaman baru.
2. Teori
Perubahan Tingkah Laku Kognitif
Menurut Piaget, perubahan tingkah
laku akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik. Konselor hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta
didik agar berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, serta mencari dan
menemukan berbagai hal dari lingkungan.
3. Teori
Perubahan Tingkah Laku Gestalt
Transfer dalam perubahan tingkah
laku adalah pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu
ke situasi lain. Transfer perubahan tingkah laku terjadi dengan jalan
melepaskan pengertian objek dari suatu konfigurasi dalam situasi tertentu untuk
kemudian menempatkan dalam situasi konfigurasi lain dalam tata susunan yang
tepat. Konselor hendaknya dapat membantu peserta didik untuk menguasai
prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
4. Teori
Perubahan Tingkah Laku Konstruktivisme
Manusia berhadapan dengan tantangan,
pengalaman, gejala baru, dan persoalan yang harus ditanggapinya secara kognitif
(mental). Untuk itulah manusia harus mengembangkan skema pikiran yang lebih
umum atau rinci. Proses perkembangan tersebut meliputi beberapa hal berikut :
a. Skema, yakni
struktur kognitif yang dengannya seseorang beradaptasi dan terus mengalami
perkembangan mental dalam berinteraksi dengan lingkungan. Skema juga berfungsi
sebagai kategori-kategori untuk mengidentifikasi rangsangan yang akan datang
dan terus berkembang.
b. Asimilasi,
yakni proses kognitif dalam bentuk perubahan skema yang tetap mempertahankan
konsep awalnya, hanya menambah atau merinci.
c. Akomodasi,
yaitu proses pembentukan skema, atau karena konsep awal sudah tidak cocok lagi.
d. Equilibrium,
yaitu keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi sehingga seseorang dapat
menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skema). Proses
perkembangan intelek seseorang berjalan dari disequilibrium menuju equilibrium
melalui asimilasi dan akomodasi.
0 komentar :
Posting Komentar